Pages

Tuesday, July 3, 2018

BUDAYA MALANG RAYA

Sebagai pusat pariwisata, Malang memiliki berbagai tempat menarik yang dapat diklasifikasikan ke dalam standar lokal, regional, nasional dan internasional, termasuk pertunjukan tari tradisional seperti Tari Topeng ( Tari Topeng ), Jaranan Pegon (Tari Kuda Ilahi), Tari Beskalan ( Tari Beskalan), Tari Bedayan Malang ( Tari Selamat Datang Tamu), dan Tari Grebeg Wiratama (Tari Ketenaran Tentara). Ada juga ' Topeng ' atau kerajinan topeng di desa-desa Jabung dan Kedungmonggo, yang telah menjadi landmark yang terkenal di Kabupaten
Malang.

Sepak bola dianggap sebagai agama kedua di Malang. Kota ini adalah rumah bagi Arema FC , klub sepakbola populer di Indonesia yang juga dikenal di AFC untuk pencapaian internasionalnya.

Malang juga rumah bagi berkembang transgender ( waria ) masyarakat yang dipimpin oleh Nona Waria Indonesia 2006, Merlyn Sopjan. Banyak waria bekerja di industri hiburan, salon kecantikan , atau menjadi pelacur . Namun, mereka masih menghadapi prasangka dan mereka tidak bisa mendapatkan banyak pilihan pekerjaan.


TOPENG MALANGAN

Wayang Topeng Malangan merupakan tradisi budaya dan religiusitas masyarakat Jawa semenjak Kerajaan Kanjuruhan yang dipimpin oleh Raja Gajayana semasa abad ke 8 M. Ini bisa penulis tafsirkan tentang fungsi Candi Badut (arti badut = tontonan) ini menunjukan bahwa saat itu candi berfungsi untuk tontonan “pendidikan yang disampaikan oleh Petinggi / Raja”. Sedangkan Raja Gajayana ini juga mahir menarikan tarian Topeng. Coba anda cermati dari bentuk bangunan candi.

Di Buku Henri Supriyanto, dituliskan Wayang Topeng Malangan mengikuti pola berfikir India, karena sastra yang dominan adalah sastra India. Jadi cerita Dewata, cerita pertapaan, kesaktian, kahyangan, lalu kematian itu menjadi muksa. Sehingga sebutan-sebutannya menjadi Bhatara Agung. Jadi itu peninggalan leluhur kita, sewaktu leluhur kita masih menganut agama Hindu Jawa, yang orientasinya masih India murni. Termasuk wayang topeng juga mengambil cerita cerita dari India, seperti kisah kisah Mahabarata dan Ramayana

Dari keterangan diatas bisa diperkuat oleh Almarhum Karimun Bahwa “Kesenian Topeng tidak diperuntukkan acara acara kesenian seperti sekarang ini. Topeng waktu itu yang terbuat dari batu adalah bagian dari acara persembahyangan. Barulah pada masa Raja Erlangga, topeng dikontruksi menjadi kesenian tari. Topeng digunakan menari waktu itu untuk mendukung fleksibilitas si penari. Sebab waktu itu sulit untuk mendapatkan riasan (make up), untuk mempermudah riasan, maka para penari tinggal mengenakan topeng di mukanya”

Saat kekuasaan Kertanegara di Singasari, wayang topeng ceritanya digantikan dengan cerita cerita Panji. Hal ini dapat dipahami ketika Kertanagera waktu itu menginginkan Singasari menjadi kekuasaan yang sangat besar ditanah Jawa. Panji yang didalamnya mengisahkan kepahlawanan dan kebesaran kesatria kesatria Jawa, terutama masa Jenggala dan Kediri.

Cerita Panji dimunculkan sebagai identitas kebesaran raja raja yang pernah berkuasa ditanah Jawa. Cerita cerita Panji yang direkonstruksi oleh Singasari adalah suatu kebutuhan untuk membangun legitimasi kekuasaan Singasari yang mulai berkembang.

Wayang Topeng ini dipakai media komunikasi antara kawulo dan gusti, antara raja dan rakyatnya. Kemampuan untuk menyerap segala sesuatunya dan membumikan dalam nilai kejawaan juga banyak terjadi tatkala Islam dan Jawa mulai bergumul dalam konteks wayang topeng.

Pada saat agama Islam masuk Jawa untuk merebut hati orang Jawa. Proses Islamisasi wayang topeng oleh para wali dengan menampilkan kisah marmoyo sunat adalah sederet cerita bagaimana Islam memproduksi nilai didalamnya. Cerita menak adalah sebagai tanda masuknya Islam ditanah Jawa. Oleh karena itu cerita menakjinggo yang selama ini dominan berkembang adalah cerita menak yang dikonstruk oleh keraton Mataram yang notabene Islam.


Topeng Malang Selatan

Sulitnya keraton keraton Islam menaklukkan brang wetan yang didalamnya termasuk bekas keraton Singosari, mengakibatkan wayang topeng cerita menak kurang mendapatkan respon diwilayah ini. Hal lain yang mendorong wayang topeng cerita panji benar benar mendarah daging diwilayah brang wetan dikarenakan kebijakan mengembangkan wayang topeng yang ditanam kuat oleh Raden Wijaya, Raja Majapahit pertama. Topeng oleh Raden Wijaya dipergunakan sebagai media rekonsiliasi antara Kediri, Singosari dan Majapahit, Dalam merebut kuasa digunakan sebagai pengaruh dominan untuk tegaknya identitas politik.

Pada masa kolonial, daerah daerah perkebunan oleh mandor mandor belanda didirikan kembali kelompok kelompok topeng. Kenapa? Sebab daerah perkebunan adalah daerah daerah yang tingkat ekonominya sangat rendah dan kurang hiburan dan mudah dipengaruhi.

Perkembangan Topeng Malangan hanya menampilkan cerita cerita Panji sebagai relasi historis dengan sejarah Malang sendiri yang panjang, dan puncak perkembangan topeng mulai berkembang lagi saat pelarian pasukan Mataram Diponegoro, yang banyak bersembunyi di Malang Selatan yaitu daerah Panjen (Kepanjen) dan sekitarnya.

Para pelarian diponegoro menggunakan tari topeng digunakan sebagai kedok untuk menyembunyikan jati dirinya salam mendidik rakyat kecil dengan tujuan membangkitkan jiwa kemerdekaan dari ketidak adilan penguasa.

Dari cerita diatas bisa kita lihat secara jelas adanya pengrajin-pengrajin yang masih meproduksi, berada didaerah, misalnya :

Pakisaji
Wonosari
Kromengan
Sengguruh / Jenggolo
Senggreng
Tumpang
Demikian sedikit data yang kebenarannya masih perlu di pertajam lagi, agar kejelasan identitas yang dari : Tari Topeng, Kerajinan Topeng Malang Selatan bisa semakin Hidup.

JARANAN PEGON

Jaranan Kepang dor, memang tak menggunakan peralatan musik dari besi atau logam lainnya,tapi menggunakan peralatan musik yang terbuat dari kulit dan kayu. Sementara untuk daerah Blitar dan sekitarnya dinamakan dengan jaranan pegon, ini ditandai dengan menggunakan peralatan musik yang terbuat dari logam,seperti gong, kenong, dan bonang. Perbedaan antara jaranan pegon dan jaranan kepang dor adalah bentuk irama musik yang dialunkan, kalau jaranan pegon menggunakan ketukan satu satu (tung ting tung ting tung ting), sedangkan kalau jaranan kepang dor menggunakan ketukan dua satu dua satu (tung tak tung dor tung ken tung tak tung ken tung dor tang tang tang dor dang tak dang dor). Peralatan musik inti pada jaranan pegon adalah gong, kempul, kenong, saron. Sekarang ini jaranan di Malang telah banyak yang berubah, identitasnya sudah campur baur, bahkan banyakyang menggunakan kreasi campursarian. Sedangkan Jaranan Dor kebanyak masih banyak berkembang di daerah tumpang.

Jaranan juga merupakan salah satu kesenian tradisi yang banyak digunakan untuk menyebarkan agama Islam, pada Kanjeng Sunan Kalijaga musik musik jaranan dikemas dengan model baru, namun identitasnya masih syarat dengan versi pegon. Sesajin pada jaranan pegon tidak terlalu kaku, artinya sesaji yang diberikan tidak ada yang pakem, tergantung dari kemampuannya, ini jelas berbeda dengan sesaji yang ada pada jaranan kepang dor yang harus komplit dan tak boleh ada yang kurang, sebab terkait dengan prasyarat ritualitas pada jaranan kepang dor. Untuk di Kota Malang yang mengembangkan jaranan pegon lebih 12 kelompok. Jaranan pegon lebih banyak berkembang sebab pada jenis jaranan ini sangat mudah untuk dikemas dengan model campursarian, sehingga para penonton tidak cenderung merasa jenuh, bahkan sekarang jaranan pegon banyak dibuat pula dengan iringan musik dangdut, sebab membuka peluang untuk goyang lebih erotis dan atraktif.

Dalam tradisi jaranan, setiap prosesi yang menyangkut jaranan yang terbuatdari anyaman bambu itu selalu syarat dengan ritualitas, termasuk proses sebelum anyaman kulit bambu itu akan dipakaimaupun disimpan kembali setelah pertunjukkan. Jaranan pada saat akan diambil dari tempat penyimpanan,si pembawa harus berperilaku seperti jaran yang keluar dari kandangnya,yaitu dengan lari secara agresif, jaranan pada saat kelur dari tempat penyimpanan tidak boleh dipikul seperti orang mau jualan.

TARI BESKALAN

Tari Beskalan adalah salah satu tarian tradisional dari kabupaten Malang, Jawa Timur. Tarian ini biasanya dipertunjukan pada saat penyambutan tamu besar yang datang ke sana. Selain menjadi tarian selamat datang, Tari Beskalan ini juga sering dipertunjukan pada pementasan Ludruk sebagai tarian pembuka setelah Tari Remo. Tarian ini merupakan salah satu tarian tradisional Malang yang terkenal selain Tari Topeng Malangan.

Menurut beberapa sumber sejarah yang ada, Tari Beskalan ini awalnya merupakan bentuk tarian ritual yang dilakukan oleh masyarakat Malang pada jaman dahulu apabila akan membuka lahan atau mendirikan bangunan. Pada saat mengawali penggalian tanah, biasanya diadakan ritual penanaman tumbal yang sering disebut dengan “cok bakal” atau “sesajen”. Tumbal yang digunakan pada umumnya adalah kepala kerbau. Tumbal tersebut merupakan sedekah bumi yang harus dilakukan agar terhindar dari bahaya dan lahan yang dibuka tersebut diberikan kesuburan.

Pada saat acara ritual tersebut berlangsung diiringi dengan pertunjukan Tari Beskalan. Tari Beskalan ini dianggap sebagai wujud rasa syukur dan rasa hormat kepada leluhur agar dijauhkan dari bahaya dan diberkati tanah yang subur dan rejeki yang melimpah. Selain dipertunjukan dalam acara ritual, di daerah tertentu Tari Beskalan ini juga menjadi tarian wajib yang harus dipentaskan ketika acara bersih desa. Selain menggambarkan rasa syukur dan hormat kepada lulur, tarian beskalan ini juga dianggap sebagai simbol permulaan/ awal dari kehidupan. Kepercayaan tersebut menjadikan tarian ini mulai berkembang, tidak hanya sebagai bagian dari ritual, namun juga sebagai pembuka acara dan penyambutan tamu besar.

Dalam pertunjukannya, Tari Beskalan ini biasanya dimainkan oleh empat orang penari wanita. Namun di acara tertentu dapat juga dimainkan oleh dua orang, bahkan ada juga yang lebih dari empat orang. Dalam pertunjukannya penari menggunakan busana dan tata rias khas Tari Beskalan. Pada bagian kepala penari menggunakan sanggul yang dihias dengan cundhuk mentul. Lalu  pada bagian tubuh atas menggunakan kemben dan dipadukan dengan ilat – ilatan. Untuk bagian bawah menggunakan celana sepanjang lutut dan tambahan kain pada bagian depan dan belakan yang panjangnya sejajar dengan celana. Sedangkan pada bagian kaki menggunakan kaus kaki putih dan gongseng. Tidak lupa selendang yang di pasangkan di bahu yang digunakan untuk attribute menari.

Gerakan dalam Tari Beskalan ini hampir sama dengan gerakan pada Tari Remo, hanya saja gerakan dalam tarian ini lebih anggun, lincah dan dinamis. Sehingga menggambarkan sisi kecantikan dan kelincahan seorang wanita. Dalam pertunjukan Tari Beskalan ini juga diiringi oleh iringan music tradisional. Awalnya Tari Beskalan ini diiringi oleh beberapa alat musik yang sederhana seperti kendang, jidor dan lain – lain. Namun pada masa sekarang ini biasanya diiringi oleh musik gamelan jawa dengan laras slendro yang menjadi  ciri khas gamelan di Jawa Timur.

TARI BEDAYAN

Tari adalah salah satu cabang seni yang mengutamakan gerak tubuh. Gerak tubuh ini disesuaikan dengan irama musik yang digunakan. Penggunaan musik ini dimaksudkan agar para penari dapat mengatur serta mengingat gerakan. Selain itu, alunan pengiring ini juga ditujukan untuk memperkuat maksud tarian yang disampaikan.

Tarian tradisional yang menjadi khas suatu daerah pun memiliki maksud dan waktu pelaksanaan tertentu. Butuh waktu-waktu khusus untuk dapat menampilkan tarian tersebut. Sebab, ada tarian yang memang ditampilkan dalam serangkaian upacara adat. Sehingga, beberapa dari tarian tradisional masih dianggap sakral. Tidak hanya untuk upacara adat, banyak juga tarian yang dimaksudkan untuk penyamputan para tamu istimewa. Salah satunya yaitu tari Bedayan.

Tari Bedayan merupakan tarian yang berasal dari Malang. Tarian ini biasa dibawakan oleh sembilan penari. Tidak seperti tarian yang lainnya, masing-masing penari memiliki nama tersendiri. Nama-nama tersebut adalah Apit ngajeng, Apit Meneng, Apit Wingking, Batak, Buncit, Dada, Endel, Endel Weton, dan Gulu. Nama-nama yang berbeda tersebut menunjukkan peran yang berbeda pula.

Meskipun perannya terlihat berbeda, namun bukan berarti bahwa para penari berjalan sendiri atau tidak sinkron satu sama lain. Penari-penari tersebut membawakan tarian sesuai peran yang dibawakan. Dimana seluruhnya menghasilkan suatu keutuhan makna yang sesuai tujuan tari ini.

Sebagai tarian untuk menyambut para tamu, tarian ini memiliki makna tentang keterbukaan masyarakat dalam menerima tamu. Keterbukaan ini mengartikan bahwa masyarakat menghargai dan menghormati hadirnya tamu.

Sebab, tamu tidak hanya bermanfaat untuk menjaga tali silaturahmi tetapi juga untuk mendapatkan keberkahan. Sebab, masyarakat banyak meyakini bahwa tamu adalah orang yang diperlakukan istimewa bak raja. Dimana didalamnya pasti akan membawa keberkahan. Meskipun para penari membawakannya dengan luwes dan gemulai, namun tarian ini dibawakan dengan sederhana dan lugas. Sehingga makna yang tersampaikan dapat mengena ke penikmatnya.

TARI GREBEG WIRATAMA

Tari Topeng Malang sangat khas karena merupakan hasil perpaduan antara budaya Jawa Tengahan, Jawa Kulonan dan Jawa Timuran (Blambangan dan Osing) sehingga akar gerakan tari ini mengandung unsur kekayaan dinamis dan musik dari etnik Jawa, Madura dan Bali. Salah satu keunikannya adalah pada model alat musik yang dipakai seperti rebab (sitar Jawa) seruling Madura (yang mirip dengan terompet Ponorogo) dan karawitan model Blambangan.

Tari Topeng sendiri diperkirakan muncul pada masa awal abad 20 dan berkembang luas semasa perang kemerdekaan. Tari Topeng adalah perlambang bagi sifat manusia, karenanya banyak model topeng yang menggambarkan situasi yang berbeda, menangis, tertawa, sedih, malu dan sebagainya. Bisanya tari ini ditampilkan dalam sebuah fragmentasi hikayat atau cerita rakyat setempat tentang berbagai hal terutama bercerita tentang kisah2 panji.

Kesenian Tari Topeng Malang merupakan hasil perpaduan antara budaya Jawa Tengahan, Jawa Kulonan dan Jawa Timuran (Blambangan dan Osing). Sehingga akar gerakan tari ini mengandung unsur kekayaan dinamis dan musik dari etnik Jawa, Madura dan Bali.

Sampai saat ini Tari Topeng masih bertahan dan masih memiliki sesepuh yaitu Mbah Karimun yang tidak hanya memiliki keterampilan memainkan tari ini namun juga menciptakan model2 topeng dan menceritakan kembali hikayat yang sudah berumur ratusan tahun. Sayang sekali Mbah Karimun tidak memiliki penerus yang dapat menggantikan dirinya melestarikan kesenian khas daerah Malang ini. Dengan demikian walaupun masih bertahan namun Tari Topeng sudah mendekati kepunahan walaupun masih tetap mengikuti event2 penting kesenian tradisional tingkat nasional.

Dengan keahliannya membuat topeng juga telah menyediakan lapangan pekerjaan bagi puluhan perajin topeng. Dipasarkan sebagai souvenir di tempat2 wisata dan galeri2 seni dengan harga yang cukup terjangkau. Perhatian dan dukungan yang lebih kongkret perlu diberikan oleh Pemda dan instansi2 terkait untuk mempopulerkan kembali kesenian khas Malang ini di masyarakat.

No comments:

Post a Comment